Baca lagi yuk, judulnya: Hidup sederhana atau mewah adalah pilihan. Ulangi lagi membacanya, pelan-pelan saja. Setuju tidak dengan pernyataan itu?
Kalau kamu setuju, kamu bisa lanjut membaca tulisan ini sampai selesai. Kalau tidak setuju, please jangan diteruskan ya. Lihat-lihat saja gambar yang ada di tulisan ini, lalu pindah ke tulisan lain. Deal ya?!
Halo Sarkem adalah blog yang ditulis dan dibaca dalam kondisi Sarung Kempit. Sarkem di sini bukan tentang Pasar Kembang Jogja. Kemiripan yang ada hanyalah kebetulan (yang diada-adakan dan dibetul-betulkan).
27 September 2016
10 July 2016
Ini Dia Sepasang Tokoh Paling Hits di Setiap Ramadan dan Lebaran
Setiap tahun di momen bulan puasa alias Ramadan dan juga Lebaran yang menjadi paket rangkaiannya, tanpa kita sadari akan selalu muncul 2 tokoh ngehits yang namanya selalu disebut-sebut banyak orang, termasuk kamu. Tak hanya disebut-sebut, sepasang nama itu pun selalu dinanti-nantikan, diharapkan, bahkan sangat menentukan kelangsungan momen tahunan Ramadan dan Lebaran tersebut. Kenapa bisa begitu ya?
Kedua nama itu, satu cowok, satunya cewek. Sebegitu hebatnya kah mereka itu hingga menjadi penentu? Iya, khususnya si cowok. Penentu di sini tidak hanya berkaitan dengan kelangsungan Ramadan dan Lebaran saja, melainkan juga merembet ke hal sensitif lainnya, yaitu bisa menjadi pemersatu umat, atau mengarah ke sebaliknya. Ckckck...
Konon, – ssttt, jangan dibalik ya bacanya – yang memperbincangkan mereka, si 2 nama itu, tidak hanya kalangan masyarakat, melainkan justru berangkat dari pihak Pemerintah, dan juga media-media cetak dan elektronik (nasional dan internasional). Wow!
Siapa sih, mereka? Yuk, kita mulai dari yang cowok dulu, lalu yang cewek. Setelah membacanya, kamu pasti tanpa sadar langsung bilang: “Ooooohhh” (bersuara maupun dalam hati), sambil manggut-manggut kepalanya, diiringi hembusan napas 1x di hidung dan sedikit senyuman. Ini bisa menandakan kamu baru menyadarinya juga, atau menyesal membaca ini.
TOKOH #1: MAS HILAL
Bukan Bang Toyib (yang sudah 3x puasa 3x lebaran, bahkan 3x lebaran 3x natalan tidak pulang-pulang) yang disebut dan ditunggu kehadirannya, bukan pula Pak Saat (yang selalu mengumandangkan adzan di acara TV ber-rating tinggi: “Saat Adzan Maghrib”) yang dinantikan, melainkan Mas Hilal.
Bayangkan saja, kalau si Mas Hilal ini tidak muncul menampakkan batangnya (batang hidung, maksudnya), maka sholat taraweh di malam pertama bulan puasa belum bisa dimulai, yang ujungnya adalah puasa hari pertama belum bisa start. Begitu juga di akhir bulan puasa, kalau si Mas Hilal belum nongol lagi, orang-orang belum berani sarapan ketupat plus opor ayam sebelum sholat Ied. Setuju, kan?
Yang tadi disebutkan bahwa Mas Hilal sebagai pemersatu umat, itu bukan isapan jempol, lho. Pada kenyataannya selama ini, sebagian merasa sudah papasan sama Mas Hilal, lalu duluan melakukan puasa, sementara yang lain belum. Sebagian menganggap sudah melihat Mas Hilal nongkrong, terus ber-Hari Raya duluan. Tidak kompak, dan menciptakan kotak-kotak.
Lalu sebenarnya kemana Mas Hilal pergi menghilang saat ditunggu kemunculannya itu? Mengapa dia harus menghilang? Mengapa?
Kedua nama itu, satu cowok, satunya cewek. Sebegitu hebatnya kah mereka itu hingga menjadi penentu? Iya, khususnya si cowok. Penentu di sini tidak hanya berkaitan dengan kelangsungan Ramadan dan Lebaran saja, melainkan juga merembet ke hal sensitif lainnya, yaitu bisa menjadi pemersatu umat, atau mengarah ke sebaliknya. Ckckck...
Konon, – ssttt, jangan dibalik ya bacanya – yang memperbincangkan mereka, si 2 nama itu, tidak hanya kalangan masyarakat, melainkan justru berangkat dari pihak Pemerintah, dan juga media-media cetak dan elektronik (nasional dan internasional). Wow!
Siapa sih, mereka? Yuk, kita mulai dari yang cowok dulu, lalu yang cewek. Setelah membacanya, kamu pasti tanpa sadar langsung bilang: “Ooooohhh” (bersuara maupun dalam hati), sambil manggut-manggut kepalanya, diiringi hembusan napas 1x di hidung dan sedikit senyuman. Ini bisa menandakan kamu baru menyadarinya juga, atau menyesal membaca ini.
TOKOH #1: MAS HILAL
Bukan Bang Toyib (yang sudah 3x puasa 3x lebaran, bahkan 3x lebaran 3x natalan tidak pulang-pulang) yang disebut dan ditunggu kehadirannya, bukan pula Pak Saat (yang selalu mengumandangkan adzan di acara TV ber-rating tinggi: “Saat Adzan Maghrib”) yang dinantikan, melainkan Mas Hilal.
Bayangkan saja, kalau si Mas Hilal ini tidak muncul menampakkan batangnya (batang hidung, maksudnya), maka sholat taraweh di malam pertama bulan puasa belum bisa dimulai, yang ujungnya adalah puasa hari pertama belum bisa start. Begitu juga di akhir bulan puasa, kalau si Mas Hilal belum nongol lagi, orang-orang belum berani sarapan ketupat plus opor ayam sebelum sholat Ied. Setuju, kan?
Yang tadi disebutkan bahwa Mas Hilal sebagai pemersatu umat, itu bukan isapan jempol, lho. Pada kenyataannya selama ini, sebagian merasa sudah papasan sama Mas Hilal, lalu duluan melakukan puasa, sementara yang lain belum. Sebagian menganggap sudah melihat Mas Hilal nongkrong, terus ber-Hari Raya duluan. Tidak kompak, dan menciptakan kotak-kotak.
Lalu sebenarnya kemana Mas Hilal pergi menghilang saat ditunggu kemunculannya itu? Mengapa dia harus menghilang? Mengapa?
08 July 2016
Sekapur Sirih: Mengapa Sarkem?
Pertanyaan “Mengapa Sarkem” ini pasti menggelitik dan cukup mewakili rasa penasaran (baca: kepo) dari kamu semua – terutama yang piktor – tentang blog ini. Ya, kan? Ngaku saja, deh! Kalau kamu ngaku, aku pun ngamu. Halah, apaan, sih?!
Oke, oleh karena itu, pertanyaan singkat itu pun sengaja dijadikan materi di “Sekapur Sirih” – alias “Sepatah Dua Patah Kata” alias “Preambule” alias “Pembukaan”. Diharapkan penjelasan singkatnya nanti dapat mengobati rasa ingin tahu kamu tentang blog abal-abal yang baru dibuat saat liburan lebaran 2016 ini. Ssttt, masih newbie sekali!
Sarkem adalah istilah yang sangat familiar buat sebagian besar orang, khususnya orang Jogja. Sangat legendaris. Semua orang pasti tahu, kecuali yang tidak tahu (?) hehe, ya iya lah. Jogja terkenal dengan aneka wisatanya: wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, wisata religi, wisata kuliner, hingga wisata belanja. Kalau bisa ditambahkan lagi, ada satu lagi, yaitu wisata malam. Nah, Sarkem ini ke tujuan wisata yang satu itu. Hmm, kebayang dong..?
PASAR KEMBANG
Saat disebut kata “Sarkem”, benak sebagian orang akan langsung membayangkan sebuah lokasi di pusat kota Jogja, yang berada di dekat Malioboro dan stasiun kereta api Tugu, Yogyakarta. Area yang berada di sekitar sebuah jalan, yang namanya merupakan kepanjangan dari istilah Sarkem itu sendiri, yakni Jalan Pasar Kembang.
Pasar Kembang bukanlah tempat bertemunya para pembeli dan penjual bunga, bukan! Zaman dulu iya, tapi sekarang tidak. Kini bunganya lain. Bunga yang ini diobral untuk disengat para tawon garong. Ya, Sarkem adalah pusat bisnis dan hiburan. Wahana permainan untuk para pria hidung belang yang mengedepankan egonya dan rela menyisihkan hartanya untuk disalurkan kepada mereka yang berhak. Ingat, untuk yang berhak! Mereka yang memakai hak sepatu tinggi, alias high heels, yang menjalani profesi tertua di muka bumi ini. Yuuhuuu..!
Lalu, apa hubungannya dengan blog “Halo Sarkem” ini? Apakah di sini selalu mengabarkan info-info terkini seputar aktivitas di Sarkem, terutama update barang baru dan tarifnya? Apakah blog ini menampung keluhan-keluhan dan tanya-jawab pelanggan dan masyarakat layaknya customer service? Jawabannya singkat: TIDAK. Sekali lagi: Asyik, eh, TIDAK! Lalu, apa?
Oke, oleh karena itu, pertanyaan singkat itu pun sengaja dijadikan materi di “Sekapur Sirih” – alias “Sepatah Dua Patah Kata” alias “Preambule” alias “Pembukaan”. Diharapkan penjelasan singkatnya nanti dapat mengobati rasa ingin tahu kamu tentang blog abal-abal yang baru dibuat saat liburan lebaran 2016 ini. Ssttt, masih newbie sekali!
Sarkem adalah istilah yang sangat familiar buat sebagian besar orang, khususnya orang Jogja. Sangat legendaris. Semua orang pasti tahu, kecuali yang tidak tahu (?) hehe, ya iya lah. Jogja terkenal dengan aneka wisatanya: wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, wisata religi, wisata kuliner, hingga wisata belanja. Kalau bisa ditambahkan lagi, ada satu lagi, yaitu wisata malam. Nah, Sarkem ini ke tujuan wisata yang satu itu. Hmm, kebayang dong..?
![]() |
Jalan Pasar Kembang Jogja |
PASAR KEMBANG
Saat disebut kata “Sarkem”, benak sebagian orang akan langsung membayangkan sebuah lokasi di pusat kota Jogja, yang berada di dekat Malioboro dan stasiun kereta api Tugu, Yogyakarta. Area yang berada di sekitar sebuah jalan, yang namanya merupakan kepanjangan dari istilah Sarkem itu sendiri, yakni Jalan Pasar Kembang.
Pasar Kembang bukanlah tempat bertemunya para pembeli dan penjual bunga, bukan! Zaman dulu iya, tapi sekarang tidak. Kini bunganya lain. Bunga yang ini diobral untuk disengat para tawon garong. Ya, Sarkem adalah pusat bisnis dan hiburan. Wahana permainan untuk para pria hidung belang yang mengedepankan egonya dan rela menyisihkan hartanya untuk disalurkan kepada mereka yang berhak. Ingat, untuk yang berhak! Mereka yang memakai hak sepatu tinggi, alias high heels, yang menjalani profesi tertua di muka bumi ini. Yuuhuuu..!
Lalu, apa hubungannya dengan blog “Halo Sarkem” ini? Apakah di sini selalu mengabarkan info-info terkini seputar aktivitas di Sarkem, terutama update barang baru dan tarifnya? Apakah blog ini menampung keluhan-keluhan dan tanya-jawab pelanggan dan masyarakat layaknya customer service? Jawabannya singkat: TIDAK. Sekali lagi: Asyik, eh, TIDAK! Lalu, apa?
Subscribe to:
Posts (Atom)